Hai Lokakarya PKM Maba

Hey guys! Apa kabar? This has been a long time since the last time I wrote on this blog. Kesibukan yang membuatku tidak sempat mencurahkan ceritaku lagi di sini. Banyak hal yang ingin aku ceritakan tapi aku tidak tahu harus memulai dari mana. Hmmm…. Aku ingin sekali menceritakan tentang kehidupanku di Malang setelah sekian bulan berlalu, teman kostku yang ternyata sangat luar biasa terasa kekeluargaannya, tentang ospekku yang melelahkan luar biasa, dan tentang aku yang –akhirnya− kangen rumah. Wow! Ceritaku itu bakal jadi cerita yang sangat panjang. Mungkin lebih dari 6 postingan. Bagaimana kalau kita mulai dari yang singkat saja? Bagaimana kalau aku bercerita tentang kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) di fakultasku?Grand Final PKM

Di fakultasku, ada serangkaian program pembinaan mahasiswa baru (probinmaba) yang diterapkan. Salah satunya adalah lokakarya PKM MABA. Singkatnya, mahasiswa baru FKUB WAJIB berpartisipasi dengan mengirimkan proposal PKM mereka. Mereka dibebaskan memilih bidang PKM apa yang akan mereka ikuti sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Ada 6 bidang PKM, meliputi PKM-P (Penelitian), PKM-M (Pengabdian Masyarakat), PKM-GT (Gagasan Tulis), PKM-K (Kewirausahaan), PKM-T (Teknologi), dan PKM-KC (Karya Cipta).

Kami, mahasiswa baru FKUB diperbolehkan memilih 3 bidang PKM berdasarkan prioritas yang ingin diikuti. Aku sempat bingung mau memilih bidang PKM yang mana. Yang pasti PKM-P itu sudah aku blacklist dari pilihanku. Bukan karena apa, hanya saja kemampuan berpikirku tidak bisa menerima itu semua #tssah . Its so complicated for me. Setelah melewati pertimbangan yang panjang, akhirnya aku memilih PKM-M, PKM-K, dan PKM-T.

Hari pengumuman kelompok pun tiba. Ada 300 kelompok dari keenam bidang PKM. Aku ditempatkan di kelompok PKM-M28. Kelompokku beranggotakan 3 orang, ketiganya berasal dari Ilmu Gizi. Satu kelompok memang selalu berasal dari prodi yang sama. Aku berasal dari kelas A2, sedangkan kedua patnerku berasal dari kelas A1. Kesan pertamaku adalah senang karena ditempatkan di bidang pilihan pertama. Kemudian di grup Line pada heboh membicarakan ini. Mayoritas teman satu kelompokku saat ospek masuk di bidang PKM-K. Tiba-tiba, aku menjadi menyesali pilihanku. Kenapa kewirausahaan tidak menjadi pilihan pertamaku? Kenapa harus pengabdian masyarakat? Maksudku, waktu SMA sudah bergabung di PMR, kuliah pun di fakultas kedokteran. Monoton. Entah bagaimana menjelaskannya tapi rasanya aku menginginkan diriku sesekali ‘keluar dari jalur’.

Proses pertama, kami melakukan interaksi dengan kakak fasil (kakak pembimbing). Saat itu, kami masih tidak tahu kami akan membuat apa. “Karena kita semua dari jurusan gizi, bagaimana kalau kita mengangkat tema tentang makanan?”, usul salah satu patner saya. Dari situlah kami mengembangkan tema itu. Dari yang tidak ada unsur pengabdian masyarakat sama sekali menjadi seperti sekarang ini. Aduh, itu penuh revisi dimana-mana.

Selanjutnya, pengumpulan judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dari program kami. Sebelumnya sampai ke tahap itu, aku menghadapi suatu masalah yang cukup besar dalam kelompok ini. Minggu pengumpulan tersebut menjadi minggu yang padat dan super sibuk bagi kami. Banyak tugas, persiapan ospek yang kesekian kali, dan ujian tengah semester yang menghadang di minggu tersebut. Kami pun membagi tugas. Semua hasil tulisan mereka dikirim ke aku untuk aku edit menjadi satu. Saat membaca tulisan dari mereka, rasanya sakit sekali hati ini. I was very dissatisfied. Aku tahu mereka sibuk, aku juga sama. Aku juga tahu mereka mengikuti PKM ini hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban agar bisa lulus di rangkaian acara probinmaba tapi… menurutku ini keterlaluan. Tulisan mereka… sama sekali tidak niat. Aku tidak percaya ini tulisan mahasiswa dari jurusan dengan predikat tiga besar jurusan dengan peminat terbanyak di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Aku pun merevisi 85% tulisan mereka. Saat pengumpulan, kami mendapat beberapa masukan membangun dari kakak LSIM (Lembaga Studi Ilmiah Mahasiswa) mengenai judul dan sasaran kami yang kurang spesifik. Satu lagi, format penulisan yang belum sesuai dengan aturan, seperti margin kertas, font, dan sebagainya.

Hari-hari pun berlalu, proposal kami tidak ada kemajuan. Sampai akhirnya, ada pengumuman deadline pengumpulan proposal. Panik sekali. Langsung aku membagi tugas seperti kemarin, aku pun menambahkan ‘pesan cinta’ di bagian bawah smsku kepada mereka. Tujuannya supaya mereka tergerak untuk menulis sesuatu yang berkualitas. Untungnya usahaku tidak sia-sia, tulisan mereka jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Mereka juga mengirim tepat waktu kepadaku. Aku tersenyum senang melihat perubahan mereka. Setelah serba tergesa-gesa, kami baru mengetahui kalau deadline dalam pengumuman yang kami baca adalah batas pengumpulan proposal PKM yang diajukan ke DIKTI alias pengajuan PKM tingkat nasional dan bukan deadline pengumpulan proposal PKM MABA. Lega. Setidaknya kami masih memiliki waktu untuk memaksimalkan proposal kami.

Kami diwajibkan melakukan interaksi dengan kakak fasil sekurang-kurangnya 6 kali sebelum tanggal 16 November 2013. Tapi seperti yang lainnya, kakak fasil kami sangat sibuk dan sulit ditemui. Sms dan email kami seringkali tidak dibalas. Untungnya kakak fasil memberikan kemudahan dengan mengisi absensi kami sebanyak 6 kali, meski kenyataannya kami hanya dapat berkumpul sebanyak 2-3 kali.

Selain dengan kakak fasil, kami juga diwajibkan untuk bertemu dengan dosen pembimbing. Kami sempat kesulitan menemukan dosen pembimbing kami ini. Nomer kontak beliau tidak tertera di daftar dosen pembimbing kelompok PKM. Oh iya, aku menemukan masalah selanjutnya di kelompokku ini. Jadi, daftar dosen pembimbing ini ditempel di papan pengumuman, tempat biasanya tugas ospek dipublikasikan. Saat pengumuman itu ditempel, aku sudah memfotonya. Namun, beberapa hari kemudian memory card-ku bermasalah sehingga harus di-format. Otomatis datanya hilang semua. Aku hanya ingat nama depan dosbing kami tersebut dan laboratorium tempat beliau berada. Aku takut daftar nama tersebut sudah dicopot seperti halnya penugasan ospek yang hanya ditempel selama beberapa jam di sana. Aku pun menanyakan kepada kedua patnerku itu, apakah mereka mengetahui atau bahkan memiliki daftar dosbing tersebut. Jangankan punya, tahu kalau ada saja enggak. Sebenarnya bohong sekali kalau mereka tidak tahu kalau ada pengumuman tersebut karena hal itu sudah dijarkom langsung melalui sms ke nomer mereka masing-masing oleh panitia. Entah lupa, malas mengecek, atau memang merasa ada orang lain yang pasti akan ngecek, atau bagaimana. Entahlah. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Untungnya, ada salinan daftar nama tersebut yang dipublikasi di grup facebook. Setelah bingung mencari kemana kemari, akhirnya kami mendapatkan info dimana lokasi laboratorium Parasitologi, tempat beliau berada. Letaknya agak tersembunyi. Aku kira di gedung D (atau kalau tidak salah gedung E) hanya ada lab farmakologi. Ternyata, di lantai atas ada lab parasitologi. Singkat cerita, kami bertemu dengan beliau dan sempat diomelin gara-gara kami baru bertemu dengan beliau H-sekian dari pengumpulan proposal PKM yang sudah fix. Beliau memberikan banyak masukan, seperti latar belakang kami yang belum spesifik, metode kami yang belum dijelaskan secara rinci, hasil yang kita harapkan, apakah program kami memiliki manfaat yang berkelanjutan, dan sebagainya.

Kami memperbaiki lagi proposal kami. Kalau tidak salah, dua hari sebelum pengumpulan, kami berniat meminta tanda tangan di proposal dan lembar konsultasi kami. Salah satu patnerku menulis identitas di lembar konsultasi. Tanggal, nama dosbing, nama kelompok, dan semacamnya itu. Tiba-tiba dia bertanya, “eh kita kelompok berapa sih?”. WHAT???!! Tidak usah membahas yang jauh-jauh deh, kelompok berapa aja dia tidak tahu. Setelah sekian lama membuat proposal ini dan dia tidak tahu. Aku kesal sekali saat itu. Aku jadi sangat emosional. Ditambah dengan dosbing kami yang tidak ada di tempat. Akhirnya aku meninggalkan mereka dengan wajah sangat kesal. Yah mungkin aku juga yang lagi terlalu sensitif. Lagi bawaannya badmood mulu.

Keesokan harinya, aku bertemu dengan mereka setelah kelas usai. Intinya aku mengabari mereka untuk kumpul jam sekian untuk ketemu dosbing. Lalu aku meminta maaf kepada mereka. “Maaf kalau sebagai ketua, aku ini sangat menyebalkan. Mungkin kalian bete sama aku. Aku juga sempat merasa seperti itu ke kalian saat kalian seakan tidak peduli dengan ini. Maaf cara aku salah. Aku terlalu emosional. Aku berharap kita dapat bekerja sama lebih baik lagi.

Kamipun bertemu dengan dosbing kami. Beliau masih terihat tidak puas melihat hasil revisi kami. Beliau mengatakan bahwa beliau bingung harus memberi masukan apa karena biasanya beliau menangani PKM bidang penelitian sehingga proposal kami yang dasarnya bidang pengabdian masyarakat kurang ‘ngegigit’ bagi beliau.

Aku pun menatapi proposal di tanganku. Akhirnya selesai juga. Aku bersyukur dosbing kami ini masih bisa ditemui. Dosbing kelompok lain ada yang keluar kota sehingga kelompok tersebut harus mengumpulkan tanpa tanda tangan dosbing. Sampai kostan aku menyelesaikan power point untuk presentasi dan mengirimkannya ke panitia tepat waktu.

Tiba saatnya presentasi. Presentasi dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama, Sabtu, 16 November 2013, untuk PKM-M, PKM-KC, dan PKM-GT. Gelombang kedua, Minggu, 17 November 2013, untuk PKM-P, PKM-T, dan PKM-K. Setiap gelombang dibagi menjadi dua shift, pukul 06.45 dan pukul 12.00. Untuk lebih jelasnya, ada pada gambar berikut.

1456498_10200997893891641_1694125754_n

Urutan tampilnya berurutan. Artinya kami tampil urutan kedua setelah kelompok M27. Kami maju presentasi, dan dinilai oleh juri. Huah… lega sekali. Semuanya telah berakhir. Beruntung kami maju urutan kedua. Juri semakin lama semakin memojokkan dalam memberi pertanyaan dan penilaian pada kelompok-kelompok selanjutnya. Sebelumnya, aku berpikir kalau program kami ini kurang… er… ilmiah kalau dibandingkan proposal PKM-P milik teman di kelasku yang bahasanya sulit dimengerti itu. Tapi setelah melihat presentasi PKM-M hari itu, aku menyadari kalau proposal kami memang sudah pada jalannya. PKM-M memang seperti itu. Memang feel dan taste-nya beda.

Tiga hari kemudian, sekitar jam 9 malam, aku sedang tiduran di kasur sambil menonton acara favoriteku, apalagi kalau bukan Running Man. Tiba-tiba, handphone-ku berbunyi. Aku meraih dan mengeceknya. Ternyata, ada sms yang masuk. Betapa kagetnya aku saat membaca pesan ini:

2013-12-12-16-14-48_deco

HAHHHHHH??????!!! TIDAK SALAH????? OMG… Gak lucu. Lelucon di bulan November.” Aku terdiam dengan mulut menganga menatap layar handphone-ku. Berita ini langsung aku forward ke kedua patnerku. Respon mereka :

Screenshot_2013-11-27-22-41-30

Tampaknya ini benar-benar nyata. Kemudian ada postingan foto ini:

1384874435527

Kelompok kami, PKM-M28 lolos Grand Final Lokakarya PKM MABA 2013. Keesokan harinya, ada Technical Meeting-nya. Wow! Tidak seperti sebelumnya, dimana kami hanya presentasi di depan 15 kelompok, 2 juri, dan beberapa kakak panitia, kali ini kami harus presentasi di depan 6 bidang dimana setiap bidang ada 5 kelompok, berarti ada 30 kelompok. Satu kelompok rata-rata beranggotakan 3 orang, berarti ada 90 orang. Ditambah semua panitia, juri, dan peserta yang tidak masuk grand final. OMG!

Tanggal 22 November 2013 adalah Gladi Bersih. Baru gladi bersih dan aku sudah keringat dingin. Aku menatap seluruh bangku di Graha Medika dengan gemetaran. Betapa besarnya Graha Medika ini. Ini pertama kalinya aku presentasi di tempat seluas ini. Saat gladi bersih, ditentukan bidang mana yang maju terlebih dahulu. Bidang pengabdian masyarakat mendapat giliran pertama.

Akhirnya 23 November 2013 datang juga. Aku mengenakan pakaian standar probinmaba yang biasa kukenakan setiap ospek. Kemeja putih panjang, rok panjang tanpa rampel, kaos kaki putih panjang, sepatu pantofel, ikat pinggang, dasi, dan jas almamater. Aku menyempatkan diri mampir ke mini market terdekat untuk membeli roti, air mineral, permen, dan senjata melawan gugup, cokelat, sama seperti saat aku mengikuti ujian SBMPTN. Sampailah aku di Graha Medika. Aku mengisi absen. Setelah itu aku melihat foto-foto kelompok yang lolos grand final beserta judul dan nama anggotanya. Di samping setiap foto kelompok terdapat kotak tempat menaruh kertas voting untuk menentukan kelompok manakah yang terfavorit. Setelah memilih, aku duduk di bangku yang sudah dipersiapkan. Satu per satu bangku terisi. Aku memakan cokelatku dengan lahap. Kegelisahan yang melanda saat gladi bersih pun sirna. Kemudian panitia mengecek kehadiran kami. Dia menyebut nama kelompok kami kemudian dilanjutkan dengan kelompok berikutnya. Perasaanku mulai tidak enak. Kenapa yang disebut duluan adalah M28? Kenapa tidak M15 atau M13 gitu?

Kecemasanku terjawab saat kata sambutan dari ketua BEM FKUB. Seorang kakak panitia menepuk bahuku dari belakang, aku pun menoleh. “Kalian maju pertama ya,” katanya. “HAHHHHHHHH?????!!!” sahut kami bertiga bersamaan. Aduh panik seriusan. Maju awal itu bagus tapi tidak jika harus pertama kali. Kekuatan cokelat kalah telak dengan semua yang terjadi ini.

Nama kelompok kami dipanggil, kami maju ke depan. Di antara kami bertiga, aku menjelaskan bagian-bagian terakhir. Aku naik ke atas podium. Pucat mukaku dengan senyum dipaksakan. Aku mulai menjelaskan bagian metode pelaksanaan. Tidak seperti pada latar belakang yang ditulis beberapa kalimat, dalam slide tentang metode pelaksanaan hanya tertulis kata-kata kunci. Otomatis kalau aku lupa, aku tidak akan menemukan pegangan di slide tersebut. Biasanya aku bisa menjelaskan slide itu dengan baik tanpa lihat catatan karena slide itu mengenai memahami proses bukan sesuatu hafalan. Namun yang namanya gugup, aku berkali-kali melihat catatan yang aku persiapkan untuk hari itu. Oke oke… aku bisa mengendalikan ini. Mataku tiba-tiba melihat ke arah juri yang melihat ke arahku. JEGEEERR!!! Why must you looking at me sir? Biasanya juri melihat ke arah slide atau proposal di tangannya, kenapa aku harus beradu tatap dengan juri ini, sang Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya? Kenapa???? Seketika runtuh duniaku. Aku merasakan suaraku bergetar hebat. Aku menjauhkan mikrofon di tanganku dan mengambil napas sebentar, kemudian aku melanjutkan penjelasanku dan sebisa mungkin tidak melihat ke arah juri. Sampai detik ini, jika aku mengingat tentang momen-momenku berpresentasi pada hari itu, perutku rasanya sangat sakit.

Akhirnya 12 menit penuh tekanan itu terlewati. Kami kembali ke tempat duduk. Di satu sisi, aku merasa hari itu benar-benar kacau. Tidak seperti presentasi sebelumnya dimana kami lebih percaya diri dan menguasai panggung, kali ini benar-benar…. Oh my~ Selain itu, saingan kami lebih berat dari sebelumnya. Tentu saja, mereka adalah yang terpilih dari sekian banyak kelompok. Program mereka juga bagus dan mendapat tanggapan positif yang lebih banyak daripada kritikan negatif. Agak pesimis sih. Namun di satu sisi, aku berharap bisa meraih juara.

Satu per satu kelompok maju. PKM-P maju. Ini bidang yang paling aku kagumi sekaligus aku hindari. Dari judul saja sudah bikin merinding. Nama spesies dan metode yang asing di telinga bertebaran dimana-mana. Finalis pun selesai mempresentasikan programnya. Juri melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang jika aku di atas panggung sana, mungkin aku tidak mengerti apa maksud pertanyaan tersebut. Benar-benar…. rumit.

Sampai detik ini, aku tidak mengerti bagaimana menyusun program bidang ini. Tahu dari mana kalau ini bisa dipakai buat itu? Dari jurnal? Terus dari mana punya ide seperti ini dan kemudian menemukan keyword untuk mencari jurnal seperti itu. Argghh… pusing… Tapi jauh di lubuk hatiku, aku ingin belajar membuat proposal di bidang ini.

Tiba giliran PKM-T maju. OMG! Mungkin ini saingan PKM-P dalam hal kerumitan. Rumit sekali untuk anak fakultas kedokteran yang tidak belajar tentang rangkaian listik seperti itu. Pertanyaan dari juri juga sama rumitnya. Satu-satunya komponen yang mereka bicarakan dan aku tahu adalah resistor (karena pernah belajar di fisika SMP dan SMA), sisanya itu sangat asing di telingaku.

Aku sangat senang saat PKM-K maju. Presentasi mereka tidak membosankan, ide-ide mereka sangat inovatif dan berpotensi menghasilkan keuntungan yang menjanjikan.

Satu per satu setiap bidang maju. Ada selingan hiburan, berupa penampilan akustik. Setelah itu, tibalah saat pengumuman pemenang. Dag Dig Dug… aduh siapa ya kira-kira yang berhasil. Video pun diputarkan. Satu per satu nomor kelompok yang berhasil ditampilkan. Dan…

3rd winner……… M-28

Bengong sebentar. “Nad, kita menang, nad!” Suara dua patnerku membangunkanku dari lamunanku. Serius nih? OMG!

Seneng, bangga, sekaligus tidak percaya diri sih soalnya juara 1, 2, 3 akan melaju ke kompetisi tingkat universitas mewakili fakultas kedokteran. Aaaaaaaa…… Puji Tuhan saja. Tuhan punya rencana, Tuhan pasti menyertai sampai akhir.

Camera 360

N.B : Aku kira cerita ini akan singkat untuk disampaikan. Ternyata tidak. Aku mencicil beberapa paragraf per hari untuk menulis ini. Huaaahh…

Leave a comment